Lampit rotan adalah kerajinan tangan khas masyarakat Kalimantan Selatan yang
dibuat dengan cara mengolah jalinan batang-batang rotan menjadi sebuah
tikar.Lampit rotan dibuat secara homemade
di rumah-rumah penduduk di Kota Amuntai dan pengrajinnya adalah penduduk
dari kota itu sendiri. Amuntai adalah kota di Kalsel yang memang dikenal
sebagai sentra industri kerajinan rotan seperti lampit. Kerajinan lampit telah
menjadi tradisi masyarakat Kota Amuntai yang diwariskan secara turun temurun
pada setiap generasinya.Di ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara ini banyak pengrajin
lampit yang sifatnya berkelompok dan individu yang banyak melibatkan para
ibu-ibu dan perempuan serta anak sekolah.
1. Tikar lampit handmade atau biasa dibilang tikar amuntai.
Tikar rotan yang satu ini adalah tikar tradisional buatan tangan manusia dan
bahan baku mayoritas rotan pilihan dan dianyam dengan rapi menggunakan benang
besar yang kuat atau bisa juga menggunakan paku yang juga terbuat dari
rotan. Disetiap sisi lampit diberi les
yang juga terbuat dari rotan bagian kulitnya yang dinamai “tulang walut”. Walut
dalam bahasa Kalimantan adalah belut. Di sebut tulang walut karena bentuk
anyaman pinggiran lampit berbentuk seperti ikan belut.
Lampit Tradisional
Lampit Tradisional
2. Tikar saburina atau lampit saburina atau lampit sabrina adalah tikar yang terbuat dari jalinan kulit
rotan yang dianyam mengunakan benang nylon dan dikerjakan menggunakan mesin khusus. Pada setiap sisi
lampit saburina diberi les yang terbuat dari anyaman plastik.
Lampit Tradisional
Lampit Tradisional
3. Lampit pelepah rumbia adalah lampit yang merupakan kombinasi
rumbia dan rotan. Jenis ini adalah lampit yang memiliki corak dan beragam motif
yang menarik, Seperti ada kombinasi antara bahan rotan dengan warna kuning
cerah dan rumbia dengan warna coklat yang gelap yang sangat menawan apabila
dirajut bersamaan, dipadukan seolah-olah seperti belang zebra.
MANFAAT LAMPIT SECARA LANGSUNG
Lampit adalah salah satu
barang kerajinan tikar buatan tangan
khas Kalimantan Selatan. Jika karpet identik dengan karakternya yang hangat,
lampit justru menawarkan permukaan yang dingin karena dapat menyerap udara
dingin. Maka dari itu alas penutup lantai yang satu ini memang pas digunakan di
daerah beriklim tropis seperti Indonesia. Lampit yang bernuansa etnik
tradisional umumnya dugunakan untuk pelengkap dekorasi rumah, restoran, resort
dan hotel. Bentuk lampit yang sederhana memberi kesan hangat dan cantik untuk
menghiasi ruangan dengan perpaduan furniture rotan lainnya.
Bentuk
lampit yang sangat sederhana dan warnanya yang natural, sangat mudah untuk
dikreasikan diberbagai sudut ruangan sesuai selera. Apabila ditempatkan diruang tamu akan
menambah kesan keakraban antara pemilik rumah dan tamu yang berkunjung. Meskipun
ruang tamu dilengkapi dengan sofa, namun
adanya tikar lampit seolah memberi syarat kepada lantai untuk diduduki.
Hal ini membuat ruangan terlihat menjari
lebih 'merakyat'.
Pada
awalnya lampit hanya memang difungsikan untuk alas penutup lantai pada sebuah
ruangan. Hal ini karena lampit terbuat dari bahan rotan yang bisa menyerap
dingin, cocok digunakan oleh Negara Asia seperti Indonesia yang panas dengan
suhunya bisa mencapai 35 derajat Celsius. Namun seiring dengan perkembangan
jaman dan bertambahnya keragamnya kebutuhan manusia, maka munculah berbagai
kreasi menarik yang merupakan inovasi dari tikar lampit.Lampit tersebut diolah
dalam berbagai ukuran dan bentuk, sesuai kebutuhan pembeli nya
seperti, alas meja makan, alas
meja tamu, alas di musholah rumah, dinner set (tatakan piring makan), dan kursi
santai.
MANFAAT LAMPIT SECARA TIDAK LANGSUNG
Peranan lampit secara tidak
langsung yang dapat diberikan adalah peranan dan kontribusinya meningkatkan
pendapatan masyarakat, perannya dalam membentuk budaya masyarakat, ekonomi dan
sosial.
1. Membentuk Budaya Masyarakat
Manfaat
lampit secara tidak langsung yang menyentuh kehidupan budaya masyarakat
Kalimantan tercermin pada perkembangan daya kreasi berbagai bentuk turunan
kreasi lampit. Misalnya, kreasi dalam pembuatan dinner set, kursi santai lipat,
penutup jendela dan sebagainya. Desain bentuk lampit pada awalnya sangat
sederhana, hanya berupa tikar. Namun, kini kreasi lampit berkembang sangat
maju.
Meluasnya
pemanfaatan dan perdagangan lampit juga menimbulkan budaya untuk menghargai
tanaman rotan yang menjadi bahan baku lampit. Penghargaan dan perhatian yang
begitu besar terhadap rotan ditunjukan dengan dilakukannya pembudidayaan rotan
oleh masyarakat di berbagai daerah di Indonesia sejak abad XVIII.
Upaya
melakukan pembudidayaan rotan tersebut merupakan suatu prestasi yang luar
biasa, merkipun masyarakat saat itu tidak sebanyak saat ini dan kebutuhan rotan
tidak sebesar saat ini. Namun, rasa tanggu jawab san rasa ketakutan akan
punahnya rotan akibat pemanfaatan rotan sevara terus menerus telah muncul sejak
lama. Hal ini menunjukan bahwa budaya masyarakat untuk menjaga kestabilan dan
kelestarian lingkungan untuk tumbuh dan berkembang sejak dahulu kala.
Sikap
menghargai dan menjamin kelestarian rotan tidak saja ditunjukan dalam upaya
pembudidayaan saja, namun juga ditunjukam dengan diterbitkannya peraturan yang
melarang pemungutan rotan yang masih muda.
2. Sumber Mata Pencaharian dan Penyerapan Tenaga Kerja
Manfaat lampit yang penting
secara tidak langsung adalah sebagai sumber mata pencaharian, penyerapan tenaga
kerja dan perluasan tenaga kerja. Kontribusi yang diberikan industri lampit
memiliki mata rantai yang cukup panjang mulai dari kegiatan pemungutan rotan
sampai menjadi lampit dan dipasarkan ke konsumen. Pemberian kesempatan kerja di
sektor jasa transportasi dan usaha pemasaran lampit juga termasuk sumbangsih
manfaat secara tidak lagsung.
Lampit
handmade/tradisional juga merupakan sumber mata pencarian utama dan juga
pendapatan sampingan bagi masyarakat Amuntai Hulu Sungai Utara Kalimantan
Selatan yang merupak sentral lampit untuk biaya penghidupan keluarga. Usaha
rumahan turun temurun ini banyak membuka lapangan pekerjaan bagi warga Amuntai
sendiri.
3. Sumber Devisa negara
Lampit
adalah salah salah satu industri yang memanfaatkan potensi kekayaan rotan dari
hutan Kalimantan yang pemasarannya tidak hanya dipasar lokal, bahkan memiliki
nilai jual ekspor yang tinggi.Upaya pengembangan dan perluasan kegiatan
industri lampit yang mengolah hasil hutan menjadi sebuah tikar khas tradisional
Kalimantan, ditingkatkan dan didorong melalui penanaman modal oleh para
pengusaha lampit.
.Kegiatan eksport lampit
merupakan salah satu sumber devisa bagi Negara. Eksport lampit selalu meningkat
dari tahun ketahun dengan meningkatnya permintaan dan dilakukannya
diversifikasi produk yang lebih luas lagi.
4. Fungsi Sosial, Sebagai Sarana Pengembangan SDM
Sebagai
sebuah indurtri yang maju, ternyata lampit
banyak memberikan sumbangsih yang sangat bermanfaat kepada masyarakat.
Industri lampit merupakan pengembangan sumber daya manusia yang diarahkan untuk
meningkatkan kreativitas, produktivitas, nilai tambah, daya saing,
kewiraswastaan, dan kualitas tenaga kerja, antara lain melalui kegiatan
pembimbingan kepada usaha rakyat, pendidikan, dan pelatihan yang tepat dan
efektif, serta peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dalam pemanfaatan rotan
menjadi sebuah karya seni oleh Dinas Koperasi, UKM,Perindustrian & Perdagangan
Kabupaten Hulu Sungai Utara .
Pemerintah
Daerah Kota amuntai sangat perhatian terhadap industry rotan ini dengan menyediakan satu Unit Layanan
,yaitu Unit Pelayanan Teknis Industri Rotan yang selalu siap membantu Masyarakat/pelaku industry
rotan seperti Konsultasi teknis dan produksi, motivasi, promosi, bahan baku, desain dan
sebagainya.
Dengan
terlaksananya proses pengembangan SDM dengan baik dan terarah, maka secara
tidak langsung keberadaan industri lampit turut serta dalam mengurangi angka pengangguran
dengan memberikan kesempatan bekerja kepada masyarakat, dan juga meningkatkan
kualitas SDM menjadi lebih baik.
Lampit banyak digemari oleh konsumen macanegara, terbukti dari meledaknya permintaan ke negara-negara Asia seperti Jepang dan china. Namun, di balik meledaknya
permintaan ekspor ke Negara Asia tersebut, ternyata masih banyak masyarakat Indonesia bahkan
masyarakat Kalimantan sendiri yang kurang tau tentang keberadaan, asal muasal
dan cara pengelolah lampit rotan. Ditambah lagi dengan
ketatnya persaingan pasar serta kurangnya perhatian dan pembinaan dari
pemerintah membuat banyak usaha rakyat ini gulung tikar. Kalau hal ini dibiarkan
terus menerus, maka kerajinan lampit yang
menjadi primadona Kalimantan Selatan ini lambat laun akan segera punah.
Maka dari itu perlu adanya kesadaran bagi warga negara Indonesia untuk ikut melestarikan dan menjaga kerajinan warisan turun temurun ini dengan cara menghargai yang diwujudkan dengan penggunaan produk lokal dalam negeri yaitu Tikar Lampit Rotan.